Pertanyaan itu menggelitik hingga memancing rasa penasaran yang akhirnya memaksa saya untuk bertemu dengan dokter. Ada perasaan ragu sekaligus khawatir. Ragu karena tidak tahu harus periksa ke dokter umum atau spesialis dan khawatir karena rasa nyeri di tumit yang tak kunjung hilang bahkan makin menjadi.
Rasanya sudah agak lama nyeri tumit ini saya rasakan, mungkin lebih dari dua bulan yang lalu. Awalnya saya pikir, “ Ah nanti juga hilang sendiri sakitnya”, bukan tanpa alasan pikiran itu muncul karena memang gejala yang saya rasakan saat itu nyeri yang hanya muncul saat bangun tidur pagi dan akan berangsur-angsur menghilang ketika digunakan beraktivitas.
Namun ternyata salah! Nyeri tak kunjung hilang bahkan makin menjadi, makin terasa tak hanya saat bangun tidur pagi saja. Ketika saya duduk dengan kaki menggantung sebentar saja, maka nyeri itu akan sangat terasa saat saya bangun dan menapakkan kaki. Mulai terasa mengganggu dan menimbulkan kekhawatiran.
Beragam pertanyaan muncul dan memenuhi otak rasanya. Bagaimana kalau saya tiba-tiba tidak bisa berdiri? Bagaimana kalau ternyata ini penyakit parah? Bagaimana kalau harus dioperasi? Bagaimana dengan biayanya? Dll.
Sehingga saya memutuskan menemui Dokter Umum di Faskes Pertama. Ya, saya memutuskan menggunakan BPJS untuk memeriksakan sakit saya ini. Kenapa? Karena saya merasa bahwa sakit ini akan memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut atau bahkan mungkin memerlukan fisioterapi yang pasti tidak akan murah. Dan, saya rasa tentu tidak ada salahnya memanfaatkan kepemilikan BPJS ini, toh setiap bulan iurannya selalu dibayar.
Pemeriksaan pertama pada hari minggu dengan Dokter Umum di Faskes pertama. Seperti biasa, dokter menanyakan keluhan dan saya menceritakan gejala-gejala yang saya rasakan.
“ Sedang hamil? Menyusui?” begitu pertanyaan sang Dokter. Saya menjawab, ”Menyusui, Dok, kenapa ya?”. “Oh tidak Apa-apa cuma saya harus menyesuaikan obatnya karena ibu kan menggunakan BPJS.”
Oke, saya paham, karena memang tidak semua obat dapat dicover oleh BPJS. Dokter menulis resep yang kemudian membuat saya mempertanyakan sakit apa saya ini? Logikanya, sudah ada resep obat berarti sudah ada diagnosanya.
Saat itu Dokter menjawab, bahwa kemungkinan besar asam urat atau kolesterol yang tinggi yang memicu sakit tumit yang saya rasakan namun beliau berpesan bahwa diagnosa itu perlu dibuktikan dengan cek laboratorium. Dan berhubung hari minggu jadi Laboratorium klinik saat itu tutup dan meminta saya memeriksakan lagi jika tetap tak kunjung sembuh setelah meminum obat.
Saya pulang dengan membawa obat untuk diminum selama sekitar lima hari. Dua jenis obat, obat nyeri dan obat peradangan. Namun sampai obat yang diberikan habis, keadaan sakit kaki saya tidak juga sembuh. Akhirnya saya memutuskan kembali periksa di tempat yang sama yang kebetulan juga dokternya hari itu adalah yang memeriksa saya sebelumnya. Dokter langsung meminta saya untuk melakukan cek darah (dan saya baru tahu ternyata cek darah pun tidak dicover BPJS).
Tidak begitu lama hasil lab pun keluar, kemudian langsung ditunjukkan dan dibacakan oleh dokter. Hasil cek lab menunjukkan semua normal, tidak ada satupun yang menunjukkan angka kurang atau melebihi batas normal baik kadar kolesterol maupun asam urat. Saya pun merasa lega, karena jujur pada saat pertama kali periksa dan diperkirakan penyebab tumit sakit adalah kadar kolesterol atau asam urat yang tinggi, saya merasa takut setiap kali akan makan sesuatu. Menjadi overthinking tentang berbagai hal.
Namun mengejutkan!Karena dokter tidak merubah diagnosa yang beliau sampaikan kepada saya. Selain meresepkan Kembali obat radang dan nyeri, juga tetap menganjurkan saya untuk menghindari berbagai makanan yang menyebabkan asam urat dan kolesterol tinggi. Ini jelas berbeda dengan prediksi saya, saya mengira dokter akan langsung merekomendasikan atau merujuk saya untuk bertemu dengan dokter spesialis.
Seminggu mengkonsumsi obat pulang, tidak ada perubahan yang saya rasakan. Saya terus bertanya-tanya apa yang salah, juga terus terpikir bagaimana bisa ini tetap tentang asam urat dan kolesterol yang tinggi sementara hasil laboratorium tidak menunjukkan demikian. Karena desakan rasa sakit yang membuat tak nyaman akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan bertemu dengan Dokter Spesialis Orthopedi . Apakah berlanjut dengan BPJS? Tentu saja TIDAK!
Dokter Spesialis Orthopedi mendiagnosa bahwa saya mengalami peradangan pada tumit dan itu yang menyebabkan sakit yang tak kunjung hilang. Dalam Bahasa medis penyakit ini disebut Plantar Fasciitis. Apa itu?
Tentang Plantar Fasciitis
Teman-teman apakah sudah banyak yang tahu tentang Plantar Fasciitis? Atau jangan-jangan malah juga ada yang sudah berpengalaman karena pernah juga mengalami sakit ini?Saya mencoba merangkumnya secara sederhana dari apa yang saya baca dan informasi dari Dokter Spesialis Orthopedi saat periksa di rumah sakit sebagai berikut.
Pengertian
Mengutip dari halodoc.com, Plantar fasciitis adalah salah satu penyebab nyeri tumit paling umum. Kondisi ini terjadi karena peradangan jaringan ikat pada bagian bawah tumit dan telapak kaki yang menghubungkan tulang tumit dan jari-jari kaki. Jaringan ini disebut Fascia Plantar.Gejala
Plantar Fasciitis ini menyebabkan adanya rasa nyeri seperti tertusuk di bagian tumit, persis seperti yang saya rasakan. Rasa sakitnya sangat terasa ketika bangun tidur pagi dan berangsur menghilang ketika telah beraktivitas seperti biasa. Ketika bangun dari duduk juga kadang terasa sakitnya, selain itu juga ketika berdiri sangan lama, terasa telapak kaki sangat Lelah.Penyebab
Fasia berfungsi sebagai penyerap tekanan untuk menyokong bagian-bagian kaki yang melengkung. Tekanan yang terlalu berat atau terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan robekan-robekan kecil di bagian ini. Regangan dan robekan yang terjadi terus menerus pada akhirnya menyebabkan iritasi dan peradangan fasia.Banyak faktor yang mempengaruhi adanya penyebab robekan jaringan ini diantaranya usia antara 40-60 tahun yang lebih rentan, olahraga yang memberi banyak tekanan pada kaki (melompat, berlari, dll), pekerjaan yang mengharuskan berdiri lama hingga obesitas.
Nah, saat berkonsultasi saya menanyakan apa penyebab peradangan pada tumit saya, sementara saya adalah ibu rumah tangga dengan usia yang masih terbilang “aman” dan tidak melakukan pekerjaan yang menuntut untuk terus berdiri lama. Dokter menginformasikan kemungkinan penyebab Plantar Fasciitis yang saya derita karena kesalahan memilih alas kaki, bisa jadi pemakaian high hels yang terlalu lama atau alas kaki yang tipis namun keras.
Tips
Sakit ini saya rasakan mulai dari tingkatan yang masih sangat bisa ditoleran hingga mulai mengganggu aktivitas. Jangka waktunya pun Panjang. Oleh karena itu disini saya ingin berbagi tips dengan teman-teman yang mungkin juga merasakan sakit yang sama. Tips ini saya dapatkan ketika berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Orthopedi.Paling tepat jika teman-teman merasakan sakit di bagian tumit ini segeralah berkonsultasi dengan dokter supaya segera dapat diobati. Ketika saya periksa, Dokter Spesialis Orthopedi meresepkan obat peradangan sendi dan vitamin untuk membantu penyembuhannya.
Kemudian disarankan untuk melakukan terapi “injak bola” yang dapat dilakukan sendiri di rumah. Caranya adalah dengan menginjak bola (boleh bola tenis) mulai dari bagian yang dirasa sakit kemudian bergeser hingga seluruh telapak kaki bisa merasakan tekanan menginjak bola tersebut.
Selain itu, dokter menyarankan untuk menggunakan sandal atau alas kaki yang nyaman ketika berada di rumah sehingga telapak kaki tidak langsung bersentuhan dengan lantai yang keras. Menambahkan silicon heel cap atau silicone insole di Sepatu/sandal yang digunakan juga akan lebih membantu proses penyembuhan.
Setelah bertele-tele dengan pengobatan di Faskes pertama akhirnya saya mendapatkan pengobatan yang selayaknya namun tidak menggunakan BPJS. Sudah bisa dipastikan biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit, padahal iuran BPJS pun tetap terus dibayar rutin. Sempat bertanya-tanya bagaimana jika kejadian seperti ini juga dialami orang lain yang mungkin hanya bisa mengandalkan BPJS dalam mencari solusi untuk masalah kesehatannya.
Besar harapan saya kepada BPJS sebagai badan hukum yang ditunjuk pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh Masyarakat Indonesia dapat lebih berbenah, termasuk sampai pada tenaga kesehatannya yang tentu bersinggungan langsung dengan pasien untuk lebih awere dalam memeriksa, menanggapi serta mencari solusi ketika ada pasien yang datang berobat. Bagaimanapun keberadaan BPJS penting namun tanpa diimbangi dengan sumber daya yang memadai tentu akan mendatangkan banyak kekecewaan bagi konsumennya.
Nah, Adakah teman-teman yang juga pernah merasakan kecewa ketika menggunakan layanan BPJS? Merasa seperti membuang-buang uang serta waktu tanpa didapati solusi untuk masalah kesehatan yang diderita? Boleh sharing di kolom komentar ya!
Posting Komentar
Posting Komentar